BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap
mahasiswa pada dasarnya mempunyai dorongan atau penggerak untuk melakukan
kegiatan belajar di perguruan tinggi untuk mencapai tujuan belajar yang
diinginkannya. Dorongan atau penggerak itulah yang kita sebut dengan motivasi.
Sebagaimana diungkapkan oleh Hamzah B. Uno (2008: 1) “motivasi adalah dorongan
dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku, dorongan ini berada pada
diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan
dorongan dalam dirinya”. Senada itu, Sumadi Suryabrata (1986: 72) menjelaskan,
”Motivasi merupakan keadaan dalam pribadi seseorang, yang mendorongnya untuk
melakukan aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan”.
Berdasarkan pendapat di atas, motivasi
merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk bertindak untuk
mencapai tujuan yang diinginkannya. Motivasi itu dimulai dari perasaan untuk
mau atau tidak melakukan suatu perbuatan. Sebagaimana diungkapkan McDonald
(dalam Oemar Hamalik, 2002: 173) ” motivasi itu merupakan suatu perubahan
energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan
reaksi untuk mencapai tujuan”.
Dalam kaitannya dengan belajar motivasi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yang
terletak pada aspek psikologis mahasiswa, seperti yang diungkapkan oleh
Muhibbin syah (1995:133) “Banyak faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas
perolehan hasil belajar siswa/mahasiswa. Namun, yang lebih esensial
diantaranya: kecerdasan siswa, sikap, bakat, minat siswa dan motivasi siswa”.
Kenyataan di lapangan menunjukkan masih
rendah atau kurangnya motivasi mahasiswa dalam belajar. Misalnya mahasiswa sering terlambat, bolos, malas
mengerjakan tugas-tugas perkuliahan, tidak konsentrasi dalam proses
perkuliahan, ada di dalam kelas tapi tidak memahami materi perkuliahan, dosen
yang jarang masuk, dsb.
Melihat kenyataan itu, penulis tertarik untuk
membahas masalah ini dengan menulis sebuah makalah dengan judul “Rendahnya
Motivasi Belajar Mahasiswa dan Peningkatannya”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan diungkapkan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa itu motivasi belajar bagi
mahasiswa?
2. Apa saja jenis-jenis motivasi ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi?
4. Bagaimana cara meningkatkan motivasi
belajar mahasiswa?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan
perumusan masalah yang ditemukan diatas, maka makalah ini bertujuan untuk
menyampaikan informasi dan memberikan gambaran mengenai motivasi belajar mahasiswa,
yang meliputi:
1.
Menjelaskan mengenai pengertian
motivasi belajar.
2.
Menjelaskan mengenai
jenis-jenis motivasi
3.
Menjelaskan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi.
4.
Memberikan informasi mengenai
upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
BAB II
MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA
A. Pengertian Motivasi Belajar
Sebelum
kita mengetahui apa itu motivasi belajar bagi mahasiswa, terlebih dahulu kita
harus tahu apa itu motivasi dan belajar. Sudjana (2000:
5); Slameto (2003: 18); Munandir (dalam W.S
Winkel, 1996: 36) mengemukakan belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan disposisi atau kapabilitas pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah
laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaaan serta perubahan aspek-aspek lain yang
ada pada individu.
Senada itu, belajar menurut Abu Ahmadi (1993: 20)
“suatu bentuk pertumbuhan atau perbuatan dalam diri seseorang yang dinyatakan
dalam cara-cara bertingkah laku berkat pengalaman dan latihan”. Menurut Wittig
dalam bukunya psychologi of learning
mendefenisikan belajar sebagai perubahan yang relatif menetap yang terjadi
dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil
pengalaman (Muhibbin Syah, 1995: 90).
Sedangkan
Biggs (dalam Muhibbin Syah, 1995: 91) mengemukakan pengertian belajar dalam
tiga macam rumusan, yaitu: rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan
rumusan kualitatif. Secara kuantitatif (jumlah), belajar berarti kegiatan
pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.
Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banya materi yang
dikuasai siswa.
Secara institusional (kelembagaan),
belajar dipandang sebagai proses Validasi atau pengabsahan terhadap pengusaan
siswa atas materi-materi yang telah dipelajarinya. Adapun pengertian belajar
secara kualitatif (mutu) ialah proses memperoleh pemahaman dan menerapkan
materi yang ia pelajari dalam kehidupannya.
Sedangkan Mulyati (2005: 2) “belajar adalah
pembentukan atau shaping tingkah laku individual melalui kontak dengan lingkungan”.
Lebih lanjut Mulyati (2005: 5) juga mengungkapkan “Belajar merupakan suatu
usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri
melalui latihan”.
Selanjutnya teori Thorndike (dalam Hamzah
Uno, 2008: 11) mengemukakan bahwa belajar adalah “proses interaksi antara
stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan respons (yang
juga bisa berupa pikiran, perasaan atau gerakan). Jelasnya menurut Thorndike
ini, perubahan tingkah laku dalam belajar dapat berwujud sesuatu yang konkret
(dapat diamati), atau yang nonkonkret (tidak bisa diamati).
Di dalam belajar praktek misalnya, perubahan
tingkah laku seseorang dapat dilihat secara konkret atau dapat diamati.
Pengamatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk gerakan yang dilakukan terhadap
suatu objek yang dikerjakannya..
Bertolak dari berbagai pengertian di atas, secara umum belajar dapat
dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif. Perubahan itu tidak hanya
berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan,
keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak maupun penyesuaian
diri.
Selanjutnya
pengertian motivasi adalah “kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau
memberikan dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan (Wasty
Soemato, 1983: 203). Sedangkan Thomas L. good dan Jere B. Briphy (dalam Elida
Prayitno, 1989:8) berpendapat bahwa motivasi itu merupakan sebagai suatu
penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku seseorang dalam melakukan
perbuatan tertentu. Individu yang akan melakukan suatu perbuatan mempunyai
suatu energi penggerak dan mengarahkan untuk memperkuat perbuatan itu untuk
mencapai tujuan. Marx dan Tombouch (dalam Elida Prayitno, 1989: 8)
mengumpamakan motivasi sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasolin.
Tidaklah berarti, betapapun baiknya mesin dan kehalusan penyetelan kita dalam
mengoperasikan mesin gasolin tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Begitu
pula dengan belajar, sekolah yang sudah menyediakan fasilitas belajar siswa
seperti, perpustakaan, labor, internet, itu semua tidak berarti apabila
siswanya tidak termotivasi dalam belajar.
Sedangkan
Clifford T. Morgan (dalam Wasty Soemato, 1983: 203) berpendapat bahwa:
motivasi berhubungan dengan
tiga hal yang sekaligus merupakan aspek dari motivasi, ketiga hal tersebut
adalah keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating
states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari
tingkah laku tersebut (goals or ends of
such behavior).
Sama
halnya dengan pendapat Clifford, Mc. Donald (dalam Oemar hamalik, 2002:
173-174) mengungkapkan bahwa “motivasi itu mengandung tiga unsur yang saling
berkaitan yaitu perubahan energi, timbulnya afektif dan reaksi-reaksi untuk
mencapai tujuan”. Berdasarkan pendapat Mc. Donald ini, maka pengertian motivasi
dapat dijelaskan sebagai berikut sebagai berikut:
1.
Motivasi
dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam
motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem
neurofisiologis dalam diri manusia, misalnya adanya perubahan dalam sistem
pencernaan adanya menimbulkan motif lapar.
2.
Motivasi
ditandai dengan timbulnya perasaan (affective
arousal). Mula- mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan
suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan
ini mungkin disadari, mungkin juga tidak. Misalnya Si A terlibat dalam suatu
diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan, dia
akan berbicara dengan suara yang cepat dan lancar.
3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk
mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju
ke arah suatu tujuan. Respon-respon ini berfungsi mengurangi ketegangan yang
disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon merupakan suatu
langkah ke arah pencapaian tujuan. Misalnya seorang mahasiswa ingin mendapatkan
IP yang baik, maka ia akan belajar dengan keras, membaca buku, memahami materi
kuliah dengan baik, dan lain sebagainya.
Menurut Oemar Hamalik (2002: 175)
“motivasi itu merupakan suatu hal yang mendorong timbulnya suatu perbuatan,
mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang dikehendaki, dan menentukan
cepat atau lambatnya suatu perbuatan itu”. Motivasi hendaklah dianggap sebagai
sesuatu yang terkait dengan kebutuhan, maksudnya bahwa individu mempunyai
dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai mana diungkapkan oleh Ashar
Sunyoto Munandar (2001: 323) “suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong
seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke arah
tercapainya tujuan tertentu, tujuan yang jika berhasil dicapai akan memuaskan
atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut”. Sedangkan Motivasi menurut John W. Santrock (2008: 510) “proses yang
memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang
termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.”
Berdasarkan
pendapat para ahli diatas dapat kita simpulkan bahwa motivasi itu merupakan
dorongan dasar yang menggerakkan seseorang dalam bertingkah laku dalam mencapai
suatu tujuan.
Dengan demikian
yang dimaksud dengan motivasi belajar mahasiswa adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar/proses
perkuliahan yang menjamin kelangsungan dan yang memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai.
Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar
di perguruan tinggi, dan motivasi dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dengan
belajar. Makin tinggi tujuan belajar maka akan semakin besar pula motivasinya,
dan semakin besar motivasi belajarnya akan semakin kuat pula kegiatan
belajarnya. Ketiga komponen kegiatan atau perilaku belajar tersebut, saling
berkaitan erat dan membentuk suatu kesatuan yang disebut sebagai proses
motivasi belajar. Proses motivasi belajar ini meliputi tiga langkah yaitu:
1. Adanya suatu kondisi yang terbentuk dari tenaga-tenaga
pendorong belajar (desakan, kebutuhan,
dan keinginan belajar ) yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri mahasiswa.
2.
Berlangsungnya kegiatan atau
perilaku belajar yang diarahkan pada
pencapaian tujuan belajar akan mengendurkan atau menghilangkan
ketegangan.
3. Pencapaian tujuan belajar dan berkurangnya atau hilangnnya
ketegangan di dalam diri mahasiswa (Nana Syaodih Sukmadinata, 2007: 382).
B.
Jenis-Jenis Motivasi
Dalam membicarakan soal jenis-jenis motivasi,
hanya akan dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari
dalam diri pribadi seseorang yang disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang
berasal dari luar diri seseorang yang disebut motivasi ektrinsik.
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi
intrinsik adalah ”hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar” (Muhibbin Syah, 1995:
136-137). Senada itu Thornburg (dalam Elida Prayitno, 1989: 10-11);Syaiful
Bahri Djamarah (2008: 149) mengungkapkan bawa motivasi intrinsik itu merupakan
keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri (internal) individu yang
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Atau dengan kata lain individu terdorong
untuk bertingkah laku ke arah tujuan tertentu tanpa adanya faktor dari luar.
Di dalam
proses belajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari
kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa
butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya, bukan karena keinginan
mendapatkan pujian, hadiah dari guru.
Gage dan
Berline (dalam Elida Prayitno, 1989: 11) mengemukakan bahwa mahasiswa yang
termotivasi secara intrinsik aktifitasnya lebih baik dalam belajar dari pada
mahasiswa yang termotivasi secara ektrinsik. mahasiswa yang memiliki motivasi
intrinsik menunjukkan keterlibatan dan aktifitas yang tinggi dalam belajar.
mahasiswa seperti ini baru akan mencapai kepuasan kalau ia dapat memecahkan
masalah pelajaran dengan benar, atau dapat mengerjakan tugas perkuliahan secara
baik. Belajar di kelas, kelompok. Mandiri dan mengerjakan tugas-tugas menjadi
tantangan dan tanpa paksaan ia mau melakukannya.
Jadi,
motivasi intrinsik itu muncul berdasarkan tujuan yang diinginkan mahasiswa
dalam belajar, tanpa adanya pengaruh dari luar seperti dari dosen, orang tua,
maupun lingkungan masyarakat.
2.
Motivasi
Ektrinsik
Motivasi
belajar dikatakan ektrinsik bila mahasiswa menempatkan tujuan belajarnya di
luar faktor-faktor situasi belajar (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 151).
mahasiswa belajar karena hendak mencapai angka tertinggi, diploma, gelar,
kehormatan, pujian, disegani, dan sebagainya.
Motivasi
ektrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam
pendidikan. Motivasi ektrinsik diperlukan agar mahasiswa mau belajar. Di dalam
kelas banyak sekali mahasiswa yang dorongan belajarnya memerlukan motivasi
ektrinsik. Mereka memerlukan perhatian dan pengarahan yang khusus dari dosen.
Namun untuk hal ini tentunya motivasi ektrinsik tidak lagi menjadi prioritas
mahasiswa. Mereka harus membangkitkan semangat belajar dari dalam dirinya
sendiri untuk mencapai kesuksesan di perguruan tinggi.
C.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Motivasi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
(Max Darsono
dkk 2000: 34) antara lain:
a. Cita-cita atau aspirasi
Cita-cita atau apirasi adalah suatu target
yang ingin dicapai. Penentuan target ini tidak sama bagi semua mahasiswa.
Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang
mengandung makna bagi mahasiswa.
b. Kemampuan
Dalam belajar dibutuhkan kemampuan. Kemampuan
ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri mahasiswa, misalnya
kecerdasan, pengamatan, perhatian dan daya pikir analisa
c. Kondisi mahasiswa
Kondisi mahasiswa meliputi kondisi fisik
(kesehatan) dan kondisi psikologis misalnya emosi. Kondisi ini terkadang
menganggu aktivitas mahasiswa dalam kuliah, misalnya saja mahasiswa yang kurang
sehat motivasi belajarnya akan berbeda sewaktu dia dalam keadaan sehat. Begitu
pula kondisi psikis mahasiswa, misalnya dia sedang mengalami patah hati atau
putus dari pacarnya, hal ini akan berdampak buruk bagi mahasiswa yang tidak
bisa menempatkan/mengendalikan emosinya secara baik. Dia malahan banyak murung
daripada mengerjakan berbagai tugas-tugas perkuliahan.
d. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan mahasiswa meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan kos, lingkungan kampus dan lingkungan
masyarakat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah
unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang
kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali khususnya
kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional misalnya emosi mahasiswa, gairah
belajar, situasi belajar, situasi dalam keluarga.
f. Cara Dosen Mengajar
cara yang dimaksud di sini adalah bagaimana seorang dosen mempersiapkan
diri sebelum mengajar, ketepatan waktu, materi yang disampaikan, keakraba
dengan mahasiswa, dsb.
D.
Peningkatan Motivasi Belajar
Mahasiswa Berdasarkan Teori Humanistik
Kaum
humanistik yakin bahwasanya motivasi itu dikontrol dari dalam diri individu itu
sendiri. Kesadaran dari individulah yang membuat ia terdorong untuk belajar.
Meskipun awalnya motivasi datang dari luar namun untuk meyakinkan itu sebuah
motivasi, maka individu sendirilah yang akan bergerak untuk melakukannya. Ada
beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai indikator tingkah laku mahasiswa yang memiliki motivasi yang diarahkan oleh
diri sendiri menurut Klausemeler (dalam Elida Prayitno, 1989: 88-87) dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Mahasiswa mulai mengerjakan tugas-tugas
perkuliahan tepat waktu, dan berusaha menyelesaikannya secara baik dan
dikerjakan oleh diri sendiri atau dibahas secara kelompok.
2. Berkunjung ke rumah/kos teman, kakak kelas maupun
ke rumah dosen atau situasi-situasi lain dalam rangka mendapatkan bahan masukan
untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
3. Dengan segala senang hati memperbaiki
tugas-tugasnya sampai benar-benar sempurna.
4. Mahasiswa merasa bertanggung jawab terhadap
keberhasilannya dalam belajar.
5. Tetap belajar di kelas seperti membaca buku,
diskusi, meskipun dosen tidak ada di kelas.
6. Selalu sibuk melakukan apa saja yang dapat
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dengan sarana yang ada di kampusnya.
7. Mempunyai interaksi sosial yang harmonis dengan mahasiswa
lainnya.
8. Mempunyai interaksi yang harmonis dengan dosen-dosen.
9. Menghemat dan memelihara harta benda sendiri atau
milik orang lain.
10. Berani mengemukakan pendapatnya di ruangan kelas
Selanjutnya menurut Anne Ahira (http://www.anneahira.com/motivasi),
hal yang dapat dilakukan mahasiswa untuk meningkatkan motivasinya dalam
perkuliahan:
1.
Bergaullah dengan
mahasiswa-mahasiswa yang senang belajar
Bergaul dengan orang-orang yang senang
belajar da prestasi, akan membuat kita semakin terpacu untuk belajar. Hal ini
tentunya menumbuhkan keyakinan dalam diri mahasiswa bahwasanya sukses atau
tidaknya bukan kebanyakan factor orang lain, tapi berasal dari diri saya
sendiri.
2.
Belajar Apapun
Maksudnya adalah jangan memilih-milih
materi yang mudah saja, kerjakan materi yang sulit pun untuk menantang
kemampuan dan semangat kita dalam belajar.
3.
Belajar dari dan untuk orang
lain
Artinya adanya suatu kelompok belajar
yang dibentuk. Bisa digunakan sebagai ajang pemantapan materi perkuliahan
maupun sebagai ajang berbagi cerita yang lainnya. belajar bersama teman dapat
memupuk rasa kebersamaan, kepedulian, serta saling membantu.
4.
Bergaullah dengan orang yang
optimis dan berpikir positif
Di dunia ini ada orang yang selalu
berpikir optimis meski masalah merudung. Kita akan tertulas semangat, gairah,
rasa optimis apabila sering bersosialisasi dengan orang-orang seperti ini.
5.
Cari Motivator
Kadangkala untuk membangkitkan dorongan
belajar dari dalam, mahasiswa membutuhkan penyemangat atau orang-orang yang
mensupportnya. Misalnya teman kelas, pacar, maupun komunitas tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan
dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Secara umum motivasi itu terbagi dua, yaitu motivasi
instrinsik dan motivasi ektrinsik. Motivasi dikatakan intrinsik apabila hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri mahasiswa
sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Sedangkan motivasi
dikatakan ektrinsik apabila mahasiswa menempatkan tujuan belajarnya di luar
faktor-faktor situasi belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
siswa diantaranya cita-cita atau aspirasi, kemampuan, kondisi siswa, kondisi
lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar, dan upaya guru membelajarkan
siswa.
Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar
bagi mahasiswa, mempengaruhi intensitas kegiatan belajar, tetapi motivasi
dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dengan belajar. Makin tinggi tujuan
belajar maka akan semakin besar pula motivasinya, dan semakin besar motivasi
belajarnya akan semakin kuat pula kegiatan belajarnya.
B.
Saran
Sebagai seorang mahasiswa yang berkutat di bidang
akademik, tumbuhkanlah motivasi itu dari dalam bukan karena faktor-faktor luar.
Karena dari dalam itulah kita sadar betapa pentingnya keseriusan dan ketekunan
belajar di perguruan tinggi.